Thursday, October 8, 2015

HERADATUL. H :makalah tentang endometriosis




MAKALAH TENTANG ENDOMETRIOSIS




 










Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas
Dosen pembimbing : Leny Agustin S.Kep Ns
KELOMPOK 6
Oleh :

Heradatul Hasanah
    Dayu Lischa Sadana
Avis Dwi Priyatna




PRODI DIII KEPERAWATAN
U N I V E R S I T A S B O N D O W O S O
2015

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah YME karena dengan rahmat dan hidayahnyalah kita semua dalam keadaan sehat walafiat,sholawat serta salam selalu tercurah limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW,karena beliaulah yang membawa kita dari jaman kegelapan menuju jaman terang benderang seperti yang saat ini kita rasakan.
Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada :
1.      Yuana Dwi Agustin, S.KM, M.Kes selaku kepala prodi DIII keperawatan Universitas Bondowoso
2.      Leny Agustin S.kep Ns selaku dosen pembimbing
3.      Dan semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini
Penulis sadar bahwa makalah yang kami susun ini masih banyak kesalahan dan kekurangan oleh karna itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat menjadi lebih baik



Bondowoso, 3Juli2015

                                                           
Kelompok











DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... 1
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang............................................................................................ 4
1.2  Rumusan masalah....................................................................................... 7
1.3  Tujuan......................................................................................................... 7
BAB II PEMBAHASA
2.1  Definisi Endomitrisosis.............................................................................. 8
2.2  Klasifiksai Endomitriosis............................................................................ 9
2.3  Etiologi ...................................................................................................... 10
2.4  Patofisiologi................................................................................................ 12
2.5  Manifestasi Klinis....................................................................................... 14
2.6  Pemeriksaan Penunjang.............................................................................. 15
2.7  Penatalaksaan ............................................................................................  16
2.8  Asuhan Keperawatan ................................................................................ 19
2.9  Woc............................................................................................................ 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 21
3.2 Saran......................................................................................................... ..21
Daftar pustaka................................................................................................ 22

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertil untuk memperoleh anak.Di masyarakat kadang infertilitas di salah artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi.
Beberapa wanita terkejut ketika dokter menyebutkan diagnosa endometriosis yang merupakan salah satu penyebab infertilitas, namun tidak mengetahui dengan jelas apa sebenarnya endometriosis tersebut. Endometriosis paling sering terjadi pada usia reproduksi. Insidensi yang pasti belum diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tertentu cukup tinggi.



Misalnya, pada wanita yang dilakukan laparaskopi diagnostik, ditemukan endometriosis sebanyak 0-53%; pada kelompok wanita dengan infertilitas yang belum diketahui penyebabnya ditemukan endometriosis sebanyak 70-80%; sedangkan pada wanita dengan infertilitas sekunder ditemukan endometriosis sebanyak 25%. Diperkirakan prevalensi endometriosis akan terus meningkat dari tahun ketahun. Meskipun endometriosis dikatakan penyakit wanita usia reproduksi, namun telah ditemukan pula endometriosis pada usia remaja dan pasca menopause. Oleh karena itu, untuk setiap nyeri haid baik pada usia remaja, maupun pada usia menopause perlu dipikirkan adanya endometriosis.
Endometriosis selama kurang lebih 30 tahun terakhir ini menunjukkan angka kejadian yang meningkat.Angka kejadian antara 5-15% dapat ditemukan di semua operasi pelvik. Endometriosis jarang didapatkan pada orang-orang negro, dan lebih sering didapatkan pada wanita-wanita yang berasal dari golongan sosio-ekonomi yang kuat. Yang menarik perhatian adalah bahwa endometriosis lebih sering ditemukan pada wanita yang tidak kawin pada umur muda, dan yang tidak mempunyai banyak anak.Ternyata fungsi ovarium secara siklis yang terus menerus tanpa diselingi kehamilan, memegang peranan penting di dalam terjadinya endometriosis.
Angka kejadian endometriosis yang terjadi pada infertilitas menurut Ali Badziad, 1992, adalah sebesar antara 20-60 %.



Pada infertilitas primer angka kejadian endometriosis yang terjadi sebesar 25%, sedangkan pada infertilitas sekunder angka kejadiannya sebesar 15%. Sedangkan angka kejadian endometriosis yang dilaporkan oleh Speroff adalah 3-10% terjadi pada wanita usia produktif, dan antara 25-35 terjadi pada wanita infertil. Sedangkan di Indonesia endometriosis ditemukan kurang lebih 30% pada wanita infertil. Menurut William dan Pratt kejadian Endometriosis pada seluruh laparatomi dari berbagai indikasi ditemukan sebesar 11,87%
Berdasarkan penjelasan di atas besar persentase kasus endometriosis pada wanita mendasari study kasus ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai salah satu penyebab dari infertilitas.














1.2  Rumusan masalah
1          Apa yang dimaksud dengan Endometriosis ?
2          Bagaimana Klasifikasi pada Endomitriosis.?
3          Apa etiologi dari Endometriosis ?
4          Bagaimana patofisiologi pada Endomitriosis ?
5          Apa Manifestasi Klinis dari Endometriosis ?
6          Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus endometriosis.?
7          Bagaimanakah cara penanganan Endometriosis?
8          Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Kasus Endomitriosis ?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi dari Endomitriosis.
2.      Untuk mengetahui klasifikasi dari endometriosis.
3.      Untuk mengetahui etiologi dari endometriosis.
4.      Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi pada endometriosis.
5.      Untuk mengetahui manifestasi klinis dari endometriosis.
6.      Untuk mengetahui apa saja pemerikasaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus endometriosis.
7.      Untuk mengetahui bagaimana cara pennganan pada endometriosis.
8.      Untuk mengetahui bagaimana Asuhan keperawatan pada endometriosis.




BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Endomitriosis.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipnTzaX-JVMt14vig8-aF7VBMjrHL4qlOM82TFgzNEeFtTz-eH_mCVL_S157YJD98RIDBKsiH1nMVHshZ33mROdCg1EFyD6a376wQNNrJcZbHuAvIx6bu-AcnRzhEqLjG144hPAHYTKL0/s1600/ENDO.jpg
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus.Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis.
Endometriosis adalah suatu penyakit dimana bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim.
Endometriosis dicerminkan oleh keberadaan dan pertummbuhan jaringan endometrium diluar uterus.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih dapat berfungsi terdapat diluar kavum uteri.





2.2 Klasifikasi Endomitriosis.
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi, keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan.Dengan perhitungan ini didapatkan nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi endometriosis.Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II), 16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi, 2009).
Tabel 1.  Derajat endometriosis berdasarkan skoring dari Revisi  AFS

Endometriosis
<1cm
1-3 cm
>1cm
Peritoneum
Permukaan
1
2
4
Dalam
2
4
6
Ovarium
Kanan
Permukaan
1
2
4
Dalam
4
16
20
Kiri
Permukaan
1
2
4
Dalam
4
16
20

Perlekatan kavum douglas
Sebagian
Komplit

4
40
Ovarium
Perlekatan
<1/3
1/3-2/3
>2/3
Kanan
Tipis
1
2
4
Tebal
4
8
16
Kiri
Tipis
1
2
4
Tebal
4
8
16
Tuba
Kanan
Tipis
1
2
4
Tebal
4
8
16
Kiri
Tipis
1
2
4
Tebal
4
8
16

Lebih jelasnya kita melihat lapisan endometrium yang normal.
lokasi pertumbuhan endometriosis
Menurut letaknyaendometriosis dapat digolongkan menjadi 3 golongan, yaitu :
  1. Endometriosisgenetalia interna, yaitu endometriosis yang letaknya di dalam uterus.
  2. Endometriosis eksterna, yaitu endometriosisyang letaknya di dinding belakang uterus, di bagian luar tuba dan di ovarium.
  3. Endometriosisgenetalia eksterna, yaitu endometriosisyang letaknya di pelvio peritonium dan di kavum douglas, rekto sigmoid, kandung kencing.

2.3  Etiologi Endomitriosis.
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
1)      Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
2)      Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3)      Menstruasi yang lama (>7 hari)
4)      Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
5)      Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
6)      Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
7)      Terpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi retrogrand. Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama menstruasi ke tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-organ lain.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
1)      Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur) 
Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.
2)      Teori sistem kekebalan 
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
3)      Teori genetik
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis.






2.4  Patofisiologi Endomitriosis.
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik.Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.

Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal.Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat.Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.




2.5  Manifestasi Klinis.
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1.      Nyeri :
a)      Dismenore sekunder
b)        Dismenore primer yang buruk
c)      Dispareunia
d)     Nyeri ovulasi
e)      Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f)       Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g)      Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2.      Perdarahan abnormal
a)      Hipermenore
b)       Menoragia
c)      Spotting sebelum menstruasi.
d)     Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
3.      Keluhan buang air besar dan buang air keci
a)      Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
b)        Darah pada feces
c)         Diare, konstipasi dan kolik



2.6  Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis, antara lain:
1.      Uji serum
a)      CA-125
b)      Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
c)      Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan
d)     Antibodi endometrial
e)      Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2.      Teknik pencitraan
a)      Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
b)      MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
c)      Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi





2.7  Penanganan Endomitriosis.
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi hormonal, pembedahan dan radiasi
1.    Pencegahan
Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang-sarang endometriosis.Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan mendapat anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometrisis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul.Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan rongga panggul.
2.    Observasi dan Pemberian Analgetika
Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur, pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-gejala endometriosis hilang sendiri.



Sikap yang sama dapat diambil pada wanita yang lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil sikap yang lebih aktif.
Pada observasi seperti yang diterangkan, harus dilakukan pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan penyakitnya  dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa observasi ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk mengurangi rasa nyeri. 
3.      Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis
Obat
Efek samping
Pil KB kombinasi estrogen-progestin
Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu makan, pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, trombosis vena dalam
Progestin
Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana hati, depresi, vaginitis atrofika
Danazole
Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot, perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal
Agonis GnRH
Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati
4.      Pembedahan
Ada 2 macan yaitu :
1.    Konservatif
a.         Laparatomi
b.         Laparaskopi
2.    Radikal
a.       Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan Laparotomi, yakni 
1.      Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek  yaitu sekitar 2 hari, jika dilaparotomi sekitar 5 hari.
2.      Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat kembali sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.
b.      Ongkos perawatan lebih murah.
c.       Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang umurnya hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang luas disertai banyak keluhan. Operasi yang paling radikal adalah histerektomi total, salpingo-ooferektomi bilateral, dan pengangkatan semua sarang-sarang endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada wanita kurang dari 40 tahun dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari jaringan ovarium  yang sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul gejala-gejala pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan timbulnya osteoporosis.
d.      Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.
2.8    Asuhan Keperawatan.
Pengkajian
Identtas lengkap
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
      Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1. Dysmenore primer ataupun sekunder
2.Nyeri saat latihan fisik
3.Dispareunia
4.Nyeri ovulasi
5.Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
a. Riwayat kesehatan keluarga
    Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis.
b. Riwayat obstetri dan menstruasi
     Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.
Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
2. Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
3. Resiko tinggi koping individu / keluarga tidak efektif b.d efek fisiologis dan emosional gangguan, kurang pengetahuan mengenai penyebab penyakit.
4. Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi
Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit
Kriteria Hasil :
• Klien mengekspresikan penurunan nyeri/ ketidaknyamanan
• Klien tampak rileks, dapat tidur dan istirahat dengan tepat

2.9 Woc
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixry3mrrrPAiLA2zR6m5Ywx0DxZVbZeyjcujwf7wY0NGympaZUy1YkdH0FK1TzIk18KeYy2w-KSqy5dIsGkygMPEqQJfKDINA7r5MzXi0b1eycWqMJ9lMJdKakmdczd1oMK-gPGZwEi7I/s1600/woc+endo.PNG







BAB 3
PENUTUP
3.1 .    Kesimpulan
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus.Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:
1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
2. Teori sistem kekebalan
3. Teori genetik
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini yang berisikan tentang pengertian, klasifikasi, penyebab, patofisiologi, gambaran klinik, pemeriksaan penunjang, dan penanganan.
Penulis sadar bahwa pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, jadi penulis pemakalah sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca guna untuk pembuatan makalah selanjutnya.






DAFTAR PUSTAKA
Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams &Wilkins : Philadelphia
Irene M. Bobak, dkk.2004, Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta
Sarwono Prawirohardjo, 1999. Ilmu kandungan, Bina Pustaka : Jakarta
                 Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta

No comments:

Post a Comment