BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Infertilitas
adalah suatu kondisi tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah
berhubungan seksual tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur dalam waktu
satu tahun.Mengingat faktor usia merupakan faktor yang sangat mempengaruhi
keberhasilan pengobatan, maka bagi perempuan berusia 35 tahun atau lebih tentu
tidak perlu harus menunggu selama 1 tahun. Minimal enam bulan sudah cukup bagi
pasien dengan masalah infertilitas untuk datang ke dokter untuk melakukan pemeriksaan
dasar. Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana
pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan
hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi dari infertilitas ?
2.
Apa penyebab dari infertilitas ?
3.
Apa manifestasi klinis dari infertilitas ?
4.
Apa patofisiologi dari infertilitas ?
5.
Bagaimana
penatalaksanaan dari infertilitas ?
6.
Bagaimana
pemeriksaan penunjang dari infertilitas ?
7.
WOC dari
infertilitas ?
8.
Askep infertilitas
?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
definisi dari infertilitas
2. Mengetahui
penyebab dari infertilitas
3. Mengetahui
manifestasi klinis dari infertilitas
4. Mengetahui
patofisiologi dari infertilitas
5. Mengetahui penatalaksanaan dari infertilitas
6. Mengetahui
pemeriksaan penunjang dari infertilitas
7. Mengetahui
WOC infertilitas
8. Mengetahui
Askep infertilitas
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1
Definisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan
sepasang suami istri untuk memiliki keturunan dimana wanita belum mengalami
kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x / mgg, tanpa mamakai matoda
pencegahan selama 1 tahun.
Secara
medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a.
Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b.
Infertile sekunder
Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya
tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun berhubungan
seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat atau metode
kontrasepsi jenis apapun.
2.2
Etiologi
Infertilitas
tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri
40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa
infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan
yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
A. Pada wanita
a.
Gangguan organ
reproduksi
1. Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina
yang akan membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi sperma ke vagina
2. Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon
esterogen yang mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi
pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga
sperma tidak dapat masuk ke rahim
3. Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh
malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi
uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan
fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang
4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan
sperma tidak dapat bertemu
b.
Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh
besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapatterjadi karena adanya tumor kranial,
stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka
folicle mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gengguan ovulasi.
c.
Kegagalan
implantasi
Wanita dengan
kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan
endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada
endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan
terjadilah abortus.
d.
Endometriosis
e.
Abrasi genetis
f.
Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
g.
Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia,
dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
B. Pada pria
Ada beberapa kelainan umum yang dapat menyebabkan infertilitas pada pria
yaitu:
a.
Abnormalitas
sperma; morfologi, motilitas
b.
Abnormalitas
ejakulasi; ejakulasi rerograde, hipospadiaAbnormalitas ereksi
c.
Abnormalitas cairan
semen; perubahan pH dan perubahan komposisi kimiawi
d.
Infeksi pada
saluran genital yang meninggalkan jaringan parut sehingga terjadi penyempitan
pada obstruksi pada saluran genital
e.
Lingkungan;
Radiasi, obat-obatan anti cancer
f.
Abrasi genetik
2.3
Manifestasi klinis
A. WANITA
1.
Terjadi kelainan
system endokrin
2.
Hipomenore dan
amenore
3.
Diikuti dengan
perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada aksis ovarium
hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik.
4.
Wanita dengan
sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak berkembang,dan
gonatnya abnormal.
5.
Wanita infertil
dapat memiliki uterus
6.
Motilitas tuba dan
ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi, adhesi, atau tumor
7.
Traktus reproduksi
internal yang abnormal
B. PRIA
1.
Riwayat terpajan
benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok,
narkotik, alkohol, infeksi)
2.
Status gizi dan
nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
3.
Riwayat infeksi
genitorurinaria
4.
Hipertiroidisme dan
hipotiroid
5.
Tumor hipofisis
atau prolactinoma
6.
Disfungsi ereksi
berat
7.
Ejakulasi retrograt
8.
Hypo/epispadia
9.
Mikropenis
10.
Andesensus testis
(testis masih dalam perut/dalam liat paha
11.
Gangguan
spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
12.
Hernia scrotalis
(hernia berat sampai ke kantong testis )
13.
Varikhokel (varises
pembuluh balik darah testis)
14.
Abnormalitas cairan
semen
2.4
Patofisiologi
A.
Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita
diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan
pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam
pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng
mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi
juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan
tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum
dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang
normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium,
mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses
pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi
genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia
tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan
melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga
sperma tidak bisa bertahan,infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut
perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang
berujung pada abortus.
B.
Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan
disfungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status
fungsional testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang
berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol
mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma.
Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis.
Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan
sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma terganggu.
2.5
Pencegahan
a.
Berbagai macam
infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama infeksi prostate, buah
zakar maupun saluran sperma. Karena itu, setiap infeksi didaerah tersebut harus
ditangani serius ( steven RB, 1985)
b.
Beberapa zat dapat
meracuni sperma. Banyak penelitian menunjukkan pengaruh buruk rokok terhadap
jumlah dan kualitas sperma. (Stven RB, 1985)
c.
Alcohol dalam
jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar hormone testosteron yang
tentunya akan mengganggu pertumbuhan sperma (Steven RB,1985)
d.
Berperilaku sehat
(Dewhurst, 1997)
2.6
Penatalaksanaan
A. Wanita
a.
Pengetahuan tentang
siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu yang tepat untuk
coital
b.
Pemberian terapi
obat, seperti;
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan
oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan
dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
c.
GIFT ( gemete
intrafallopian transfer )
d.
Laparatomi dan
bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
e.
Bedah plastic misalnya
penyatuan uterus bikonuate,
f.
Pengangkatan tumor
atau fibroid
g.
Eliminasi vaginitis
atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
B. Pria
1.
Penekanan produksi
sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma
meningkat
2.
Agen antimikroba
3.
Testosterone
Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
4.
HCG secara i.m
memperbaiki hipoganadisme
5.
FSH dan HCG untuk
menyelesaikan spermatogenesis
6.
Bromokriptin,
digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
7.
Klomifen dapat
diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
8.
Perbaikan varikokel
menghasilkan perbaikan kualitas sperma
9.
Perubahan gaya
hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak
membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
10.
Perhatikan
penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida
2.7
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
Fisik:
Perkembangan
seks sekunder yang tidak adekuat ( seperti distribusi lemak tubuh dan rambut yang
tidak sesuai ).
Pemeriksaan
System Reproduksi
A. Wanita
a.
Deteksi Ovulasi
1.
Meliputi pengkajian
BBT (basal body temperature )
2.
Uji lendir serviks
metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan fisiologi serviks
dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat terjadinya keadaan optimal getah
serviks dalam menerima sperma.
b.
Analisa hormon
Mengkaji
fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis – hipotalamus. Dengan
pengambilan specimen urine dan darah pada berbagai waktu selama siklus
menstruasi.
c.
Sitologi vagina
Pemeriksaan
usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan epitel vagina
d.
Uji pasca senggama
Mengetahui ada
tidaknya spermatozoa yang melewati serviks ( 6 jam pasca coital ).
e.
Biopsy endometrium
terjadwal
Mengetahui
pengaruh progesterone terhadap endometrium dan sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr
sebelum haid.
f.
Histerosalpinografi
Radiografi
kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat dilihat
kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan
adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal.
g.
Laparoskopi
Standar emas
untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
h.
Pemeriksaan pelvis
ultrasound
Untuk
memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,
perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterin.
B. Pria
1.
Analisa Semen
2.
Parameter
3.
Warna Putih keruh
4.
Bau Bunga akasia
5.
PH 7,2 - 7,8
6.
Volume 2 - 5 ml
7.
Viskositas 1,6 –
6,6 centipose
8.
Jumlah sperma 20
juta / ml
9.
Sperma motil >
50%
10.
Bentuk normal >
60%
11.
Kecepatan gerak
sperma 0,18-1,2 detik
12.
persentase gerak
sperma motil > 60%
13.
Aglutasi Tidak ada
14.
Sel – sel
Sedikit,tidak ada
15.
Uji fruktosa
150-650 mg/dl
16.
Pemeriksaan
endokrin
Pemeriksaan
ini berguna untuk menilai kembali fungsi hipothalamus, hipofisis jika kelainan
ini diduga sebagai penyebab infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai
kadar hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
17.
USG
Pemeriksaan
ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat, vesikula seminalis, atau
seluran ejakulatori.
18.
Biopsi testis
Pemeriksaan
ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan testis memakai metoda invasif
untuk mengidentifikasi adanya kelainan patologi.
19.
Uji penetrasi
sperma
20.
Uji hemizona.
2.9
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN INFERTIL
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Termasuk data etnis, budaya dan agama
2. Riwayat kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria
atupun wanita.
4. Pemeriksaan penunjang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansietas
b.d ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostic
2. Gangguan
konsep diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas
3. Gangguan konsep diri; gangguan citra diri b.d
perubahan struktur anatomis dan fungsional organ reproduksi
4. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu /
keluarga b.d metode yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas
5. Konflik pengambilan keputusan b.d terapi untuk
menangani infertilitas, alternatif untuk terapi
6. Perubahan
proses keluarga b.d harapan tidak terpenuhi untuk hamil
7. Berduka dan
antisipasi b.d prognosis yang buruk
8. Nyeri akut
b. d efek tes dfiagnostik
9. Efek tes diagnostic ketedakberdayaan b.d kurang
control terhadap prognosis
10. Resiko tinggi isolasi social b.d kerusakan
fertilitas, investigasinya, dan penataklaksanaannya
INTERVENSI
Diagnosa
keperawatan: Gangguan konsp diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas
Kriteria hasil
:
1.
Klien mengungkapkan
tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
2.
Klien
memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertil
3.
Klien mampu
mengekspresikan perasaan tentang infertil
4.
Terjalin kontak
mata saat berkomunikasi
5.
Mengidentifikasi
aspek positif diri
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infertilitas
adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum
mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali
dalam seminggu dalam kurun waktu 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi.
Berdasarkan
urian diatas dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertil
apabila memenuhi syarat:
1. Pasangan suami istri berkeinginan untuk memiliki anak.
2. Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum
mendapat kehamilan.
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap
minggunya.
4. Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau
metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi
untuk mencegah kehamilan.
B. SARAN
No comments:
Post a Comment